Selasa, 22 Februari 2011

Jama'ah

MEMBANGUN MASYARAKAT BERADAB MENJEMPUT MASA DEPAN YG BAIK

April 3, 2010
Kalaulah kita mau membaca kondisi “Apa yang terjadi pada diri kita”
Kalaulah kita mau mendengar berita “Apa yang terjadi pada lingkungan kita”
Kalaulah kita mau memikirkan hal-hal yang kita rasakan saat ini
Apa yang terjadi pada manusia dan lingkungannya ?…
Pembodohan, penjajahan generasi secara masal dan berjangka.
Masyarakat kita diberikan hayalan-hayalan duniawi
Sehingga mereka bersikap Hubbud Dunya Wa Karohiayatul Maut mereka cinta dunia dan takut mati. Mereka takut akan perjuangan,
Masyarakat kita dididik dengan pola yang tidak jujur dan tidak tawadhu’
Sehingga mereka meninggalkan akhlak ”adab sopan santun ” dan tidak takut akan siksa neraka
Masyarakat kita digiring kearah konsumtif
Sehingga mereka lupa untuk berinfaq dan zakat
Masyarakat kita digusur kearah kebebasan tanpa batas
Sehingga mereka lupa kewajiban-kewajibannya
Ketika suami sibuk dengan bekerja mencari harta dunia. Istri pun ikut-ikutan sibuk mencari duniawi bahkan meninggalkan kewajiban kewajiban sebagai ibu rumahtangga.
DIKARENAKAN HAYALAN DUNIAWI
Disadari atau tidak mereka telah menanamkan sikap ketidak jujuran dan ketidak tawadhu’an dalam kehidupan rumah tangga, dan msikap tersebut menular pada anak dan sanak keluarganya.
Dasadari atau tidak kondisi rumahtangga telah menciptakan gambaran masyarakat secara luas yang dipenuhi dengan hayalan dunia, tidak ada kejujuran dan tidak ada ketawadhu’an, glamour dengan dengan hidup konsumtif, berkarakter hidup yang bebas tanpa batas.
Sehingga mereka enggan ta’lim, mereka enggan menerima nashehat, tidak menerima teguran Allah, bahkan menyalahkan orang lain.
IKHWAN-AKHWAT FILLAH !
Kalaulah kita perhatikan ayat-ayat Allah yang ada di alam dunia ini. Sungguh akan menghantarkan kita menjadi menusia yang penuh dengan dzikir kepada Allah.
Sebuah gambaran masyarakat yang sakinah, mawaddah, warohmah, telah terukir dalam sejarah kota madinah. Yang terpimpin oleh seorang kholifah ya’ni Nabi Muhammad dan dengan bimbingan syari’at Islam.
Masyaratakat madinah tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan dengan perjuangan dan perngorbanan harta hingga penumpahan darah syuhada. Diatas dasar kukuatan Al Jama’ah dangn ikatan Bai’at. Nabi Muhammad membangun perdaban masayarakat yang berakhlakul karimah, tegas dan bikasana. Dan dilanjutkan oleh khulafaurrusyidin al mahdiyyin(Abu bakar, Umar, Umar, dan Ali). Namun setelahnya ummat Islam kembali mengalami kemerosotan-kemerosotan dalam bidang akhlak, seingga meruntuhkan bangunan Jama’ah, Imamah, dan bai’at. Perubahan kearah yang negatif merupakan akibat pola pikir yang picik ” Hubbud Dunya Wa Karohiyatul Maut ”
Keterpurukan ummat Islam mengakibatkan klaim yang negatip terhadap Islam itu sendiri, dengan bahasa ” Islam Agama yang kasar, arogan hingga kalimat terorisme ” hal ini disebabkan oleh hancurnya kondisi sosiologis ummat Islam (Ukhuwwah Islamiyyah wal Imamah ) karena ummat Islam tidak sadar kalau malaksanakan syari’at Islam dengan kotak-kotak kesukuan (Ashobiyah) Kepartaian(Polotik) karena mereka telah terjebak dalam pola yang tidak dicontohkan oleh Rosulullah. Dan melanggah Al-Quran ( QS. Ali Imron 103, An Nisa 59).
IKHWAN-AKHWAT FILLAH !
Yakinlah Islam akan tetap jaya
Yakinlah dengan syari’at Islam kita akan mendapatkan kemenangan.
Kalau kita perhatikan, sejarah telah menjawabnya, bahwa kemenangan Para Nabiyullah karena mereka menggunakan syari’at yang diwahyukan oleh Allah. Kalau kejayaan yang diperoleh oleh kholifah yang empat(Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) karena mereka berpegang teguh pada sunnah Rosulullah. Dan sebaliknya. Kemerosotan yang terjadi setelahnya dikarenakan hilangnya nilai-nilai Islam terutama ”Jama’ah, Imamah, dan Bai’at ” dalam proses penegakkan Ulim Amri (Q.S. An-Nisa 59).
Terutama saat ini ummat Islam beralih konsep bahwa Ulil Amri diterjemahkan, diidentikkan dengan kepemimpinan politik suatu negara yang berdasarkan bukan pada Al-Quran dan sunnah Rosulullah. Jelasnya ini adalah kesalah / kemusyrikan yang besar (QS. 30 Ar Ruum 30-32)
Sementara orang-orang non muslim berbalik arah, mereka meninggalkan ajaran nenek moyangnya dan mulai mempelajari kemudian mempraktekkan ajaran Islam, sehingga mereka mengalami kemajuan, dan meraih kemenangan atas kaum muslimin, dan jadilah kita saat ini dengan tidak terasa telah terjajah secara konsep keilmuan, dalam bidang ekonomi, teknologi dan dalam seluruh kehidupan kita menjadi terbelakang.
Akibatnya dunia muslimin menjadi suram-buram, susah untuk membedakan antara yang haq dengan bathil, halal-haram, baik-buruk, boleh-tidak. Yang akhirnya kita terjebak dalam perbuatan nista dengan tidak merasa berdosa.
NA’UDZUBILLAHI MIN DZALIK.
IKHWAN AKHWAT FILLAH !
Marilah kita bangun kembali peradaban ummat Islam dengan berpacu memburu karunia dan maghfiroh Allah.
Mari kita hayati (QS. 66 At-Tahriim 6) ”Menjaga diri dan kelurga dari siksa neraka ”
Mari kita laksanakah kehidupan berjama’ah secara mikro dalam kehidupan rumahtangga, bertetangga dan bermasyarakat.
Mari kita tegakkan sistem Jama’ah-Imamah dengan bai’at, dalam satu wadah Jama’ah Muslimin / Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah. Hingga kita termasuk Hizbullah(orang yang berpihak pada Allah).
IKHWAN AKHWAT FILLAH
Sumber: Risalah Al-Jama’ah, No.06/th.II/2000
Bersumber pada QS. 3/102-103. QS. 4/59. QS. 8/73, dan hadits shohih riwayat Ahmad dan Baihaqi dari Nu’man bin Basyir. HSR. Bukhori dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman :
Menela’ah wacana pemikiran serta rencana penyelenggaraan Kongres Mujahidin 1 yang bertujuan untuk membangun visi dan misi perjuangan, esatuan shof, istitusi, serta tegakknya satu kepemimpinan bagi Mujahidin, Jama’ah Muslimin(Hizbullah) menyampaikan taushiyahnya sebagai berikut :
  1. Muslimin hendaknya menghindari car-cara yang tidak terpimpin wahyu Allah, yaitu mengolah persoalan atau permasalah yang dihasapi dengan akal pikirannya lebih dahulu. Dlaam melihat, meneliti, menelaah, menimbang, menanggapi dan menjawab masalah yang dihadapi hendaknya senantiasa mendahulukan Allah dan Rosulullah ( QS. An Nisa 59, Al Ahzab 36, dan AL Hujurot 1).
  2. Dalam mensikapi setiap perbedaan pandangan atau pemahaman agar dilakukan dengan hikmah dan penuh tawadhu’(saling menghargai), hingga tetap dapat menjaga persaudaraan serta menumbuhkan rasa kasih sayang yang semakin kental diantara mereka ( QS. Al-Fath 29 )
  3. Agat terhindar dari jebakan perangkap konspirasi musuh-musuh yang berniat menghancurkan kekuatan ummat Islam, maka diharapkan kita dapat menyatukan barisan dalam menghadapinya dan tidak berpecah belah ( QS. Ali Imron 103 ) serta tidak berbantah-bantahan yang akan memperlemah kekuatan ukhuwwah diantara sesama Muslimin ( QS. Al- Anfal 46 ).
  4. Bercermin pada perjalanan sejarah, bahwa upaya penegakkan khilafah melalui jalur politik, diluar Al-Quran dan Sunnah, telah menimbulkan berbagai fitnah dan saling bunuh diantara sesama muslimin sendiri, sebagaimana terjadi pasca kepemimpinan empat kholifah pertama(masa mulkan) hingga khir dinasti Turki Utsmani(1924 M ). Oleh karena itu harus ada upaya introspeksi total dan kembali sepenuhnya kepada tuntuna Allah dan Rosul-Nya. Dengan mengambil teladan pengalaman khilafah pada masa khulafaur Rosyidin Al-Mahdiyyin ( HSR. Ahmad, musnad Ahmad juz 4 hal.126-127). Atau sebagaimana dimaksud HSR.Ahmad dan Baihaqi dari Nu’man bin Basyir, dalam Misykatul Mashobih hal.461, yang didefinisikan Rosulullah dengan ” Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah ”.
  5. Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah sudah ditetapi dan dimaklumatkan di Gedung Adhuc Staat(Bappenas) Jakarta, sejak 10 Dzulhijjah 1372 H.( 20 Agustus 1953 M ) dalam wujud jama’ah Muslimin (Hizbullah) dengan dibai’atnya Dr. Syekh Wali Al Fattaah sebagai Imaam.
  6. Tidak dibenarkan secara syar’i, apabila dalam satu kurun ada dua atau lebih pembai’atan Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah ( Shohih Bukhori, kitab Bad’ul kholqi juz 4 hal 206 ).
Demikianlah taushiyah ini disampaikan untuk dipahami dan ditaati karena Allah Shubhanahu wata’ala semata.
Bogor. 17 Robiuts Tsani 1421 H.
18 Juli 2000 M.
Entry filed under: Jama'ah Muslimin (Hizbullah). Tags: .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar