Rabu, 23 Februari 2011

khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah


Laksanakanlah Islam secara Kaaffah.
Kaaffah dalam Islam hanyalah dengan
Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah.
Jama’ah Muslimin atau Hizbullah adalah panggilan bagi orang-2 yang melakukan Al-Quran dan Sunnah Rosulullah
Lawan dari sebutan Jama’ah Muslimin atau Hizbullah
adalah Jama’ah Kafirin atau Hizbusy-syaithon
Berpegang teguhlah pada Islam dengan berjama’ah
dan janganlah berpecah belah didalamnya
Rosulullah ditawari oleh kru-krunya Abu Jahal dengan tiga tawaran ( Harta, Tahta, dan Wanita). Beliau menolaknya
Mengapa kita memperebutkannya dengan alasan da’wah
Bertafaruq / berfirqoh-firqoh / ashobiyah golongan dalam melaksanakan Islam adalah musyrik
Khilafah tegak sejak Nabi Adam dengan berjama’ah, maka kelompok mereka disebut Jama’ah Muslimin
Nabi Muhammad dan Shahabatnya adalah Jama’ah Muslimin, dan Abu Jahal CS adalah Jama’ah Musyrikin
Bai’at (ikatan) adalah syari’at Islam, muslimin tanpa bai’at adalah liar seperti domba yang tidak di ikat
Kita harus mewujudkan kehidupan Jama’ah Muslimin, dengan meninggalkan jama’ah2 bagian muslimin
Segala yang baru dari syari’at Islam adalah bid’ah dan akan berahir di Nerakaalkahfi2.wordpress.com

Jama'ah Muslimin


PAHIT-PAHIT OBAT
Tak sepahit menda’wahkan Jama’ah Muslimin
dari ( na.azzamy@yahoo.co.id )

أنا امركم بخمس الله أمرني بهنّ  : بالجماعة وبالسّمع والطّاعة والهجرة والجهاد في سبيل الله . فإنّه من خرج من الجماعة قيد شبر فقد خلع ربقة الإسلام من عنقه إلي أن يرجع ومن دعا بدعوى الجاهليّة فهو من جثاء جهنّم قالوا يا رسول الله وإن صام وصلّى قال وإن صام وصلّى وزعم أنّه مسلم فادعوالمسلمين بما سمّاهم المسلمين المؤمنين عبادالله عزّ وجلّ .
Artinya : Aku perintahkan pada kamu sekalian (muslimin) lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkan ku dengan lima perkara itu : Berjamaah, mendengar, thoat, hijrah, dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang dari Al-Jamaah sekedar sejengkal , maka sungguh ia terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali (taubat) . Dan barang siapa yang menyeru dengan seuan jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam. “Para shahabat bertanya: Ya Rosulullah, jika ia shaum dan sholat ?…”Rosulullah bersabda : “ Sekalipun ia shaum dan sholat, dan mengaku dirinya seorang muslim. Maka pangillah oleh mu orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan pada mereka,”Al-Muslimin, Al-Mukminin, Hamba-hamba Allah ‘Azza wa Jalla.”( HR. Ahmad dari Harits Al-Asy’ary, dalam Musnad Ahmad juz 4 halaman 202 ).

Diawal pelaksanaan shaum saat ini kita dikecohkan oleh sulit dan mahalnya minyak tanah, yang seharusnya kita menyambut bulan Ramadlan ini dengan penuh gembira-ria, dengan penuh suka-cita, dan dengan memaksimalkan ibadah shaum, membina diri, memperbaiki diri, menghias diri dengan amalah ibadah sehingga tampil dengan prima sebagai insan shooimin.
Wahai orang-orang yang shaum, mari kita luruskan niat, mari kita tetapkan amal ibadah, mari kita rafatkan shof, mari kita kukuhkan jihad, dan mari kita kuatkan ikatan baiat kita kepada Allah, mari kita istiqomahkan diri dalam satu amar Allah, dalam satu sunnah Rosulullah, dan dalam satu komando Imam(kholifah / Amirul Mukminin) dalam satu Jamaah Muslimin(Hizbullah).
Dalam hadits riwayat Ahmad dari Harits Al-asy-‘Ary (musnad Ahmad juz 4 halaman 202. Rosulullah bersabda “ ….  Sekalipun ia shaum dan sholat , dan sekalipun ia menamai dirinya sebagai muslim dan mendapat panggilan sebagai orang muslim / mukmin ……”.
Dari potongan hadits tersebut, adanya kondisi yang tidak baik, tidak enak, pahit bagi segolongan manusia, karena pengakuan dan perbuatan mereka tidak mendapatkan balasan dari Allah, bahkan mereka akan menempati nereka Jahannam, karena mereka tidak berada dalam komando kethaatan kepada Allah(Al-Quran), tidak berada pada komando kethaatan kepada Rosulullah(sunnahnya), dan juga tidak thaat kepada Ulil Amri (Imam, / kholifah, / Ulil Amri)
“ Bagaimana dengan shaum dan sholat kita ? ……..”
“ Orang muslim pasti sudah beriman ”
“ Orang beriman belum tentu akan menjadi muslim ” ( Lihat QS. 49 / 14 )
Sepahit-pahir patrawali, empedu. Namun tidak sepahit menyampaikan bahwa “ Jama’ah Muslimin adalah wadah kesatuan Ummat Islam “ , mengapa ? …. Karena kebanyakan ummat Islam tidak mau menyampaikannya, tidak mau mengakuinya, tidak mau mengamalkannya. dan sepahit apa pun jika ada manfaat atau kesembuhan maka setiap orang yang sakit akan memakannya. Sehaus dan selapar apa pun akan dilalui jika seseorang sudah dapat merasakan nikmatnya bertemu dengan Allah yang Maha Agung.
Namun tidak semua yang kita harapkan dengan cepat didapatkan , semua itu perlu perjuangan,, kesabaran, ketawakalan, serta keikhlasan menjalaninya. Alkisah “ Seseorang pasien datang menghadap kepada seorang dokter, dan mengeluhkan penyakit yang selama ini dialaminya(darah tinggi), kemudian dokter memeriksanya dan membnrikan hal-hal yang tidak boleh dimakan karena akan menyebabkan timbulnya penyakit”.
Untuk menghindari sia-sianya nilai ibadah kita alias tidak berpahala disisi Allah, seperti tergambar dalam hadits di atas “ Sekali pun ia shaum dan sholat bahkan mereka mengaku dirinya sebagai muslim, namun mereka ditetapkan dalam api neraka jahannam” . Dalam kesempatan ini mari kita melihat jejak sabda Rosulullah Shollahu Alaihi Wasallam, yaitu ada 5 tahapan untuk menjadi manusia muslim :
Sebelumnya manusia diseru untuk menjadi mukmin dengan ke-Imanannya, Kemudian diperintahkan untuk bertaqwa hingga ke-Islaman terbawa sampai mati dalam kondisi berjama’ah dalam satu jama’ah Muslimin(lihat QS Ali Imron 102-103) dalam hal itulah seseorang akan menemuai Allah dalam kondisi Muslim, dan diiringi dengan  sikap  Ihsan( Lihat Rukun Iman, Islam, Ihsan di dalam Hadits Riwayat Muslim no : 8, dari Umar RA.
Keimanan dan ke-Islaman kita akan bermakana mana kala melalui 5 tahapan sebagai berikut :
  1. Berada (menetapi) Jama’ah Muslimin, penamaan Muslimin sejak sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Nabi dan Rosul terdapat dalam QS. 22 / 78. Juga terdapat dalam  HR. Bukhori dan Muslim, dari Hudzaifah bin Yaman. Dengan proses bai’at (lihat QS. Al-Fath ayat 10 dan Asy-Syuro ayat 111.
Menetapi Jama’ah Muslimin berarti telah menetapi kembali Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah tahap ke-2(sebelum kiamat), sebagaimana disampaikan dalam hadits dari Nu’man bin Basyir, dari Hudzaifah bin Yaman, tentang 5 fase kepemimpinan ummat manusia di dunia ini, yaitu : (1). Fase Nubuwwah (manusia dipimpin langsung oleh para Nabi dan Rosul Allah. (2). Fase Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah (Kolifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali rodhiallahu ‘anhum). (3). Fase Mulkan ‘Adlon(sistem kerajaan yang menggigit syari’at Islam). (4). Fase Mulkan Jabariyyah(sistem kerajaan yang sombong). Dan (5). Fase Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah(II) yang telah diperjuangkan oleh para ‘Alim ‘Ulama melalui konngres khilafah 1928 di Mesir hingga Konfrensi Tinggkat Tinggi Islam di Lahore, Pakistan tahun 1974.
Ternyata kongres dan konfrensi yang pernah diselenggarakan itu tidak berhasil menegakkan kembali khilafah, karena acuan dan pola pikir masih diwaaaarmai petimbangan politik ashobiyah, belum sepenuhnya kembali pada acuan akidah bahwa masalah khilafah adalah masalah amanah yang besar tanggung jawabnya dihadapan Allah kelak.
Akhirnya dengan taqdir serta pertolongan Allah semata setelah melewati proses yang cukup panjang maka usaha mewujudkan dan menetapi kambali Jama’ah Muslimin ini berhasil dengan dibai’atnya Wali Al-Fattaah sebagai Imaamu Muslimin pada tanggal 10 Dzulhijjah 1372 H / 20 Agustus 1953 M.
Pembai’atan tersebut kemudian diumumkan secara terbuka dan disebarluaskan ke seluruh dunia. Pengumuman ini dimaksudkan agar dunia mengetahui bahswa saat itu telah ditetapi kembali Jama’ah Muslimin dan Imaam bagi mereka serta membaritahukan kepada dunia Islam agar bila ada yang membai’at Imaam sebelum Wali Al-Fattaah dapat mengadakan kontak sehingga tidk terjadi ada dua Imaam(lebih dari seorang) dalam satu masa karena sabda Nabi Shollallahu’Aalaihi Wasallam :
إذا بويع لخليفتين فاقتلوا الأخر منهما
Apabila dibai’at dua orang kholifah maka hapuslah yang terakhir dibai’at ” (HR.Muslim)
Akhirnya di dalam hadits  tersebut Rosulullah menyebutkan “Sakata” terhenti dari kepemimpinan muslimin hingga datangnya fase penghabisan, yaitu : Kiamat. ( HR. Ahmad, dalam Musnad Ahmad juz 4 halaman 273).
Menetapi Jama’ah Muslimin adalah wujud meninggalkan tafarruk / perpecahan ummat, berjama’ah adalah perintah Allah dalam QS Ali Imron ayat 103. dan lihat dalam HR. Bukhori. Dalam Shohih Bukhori, Kitabul Fitan, Bab Kaifa Amru Idza Lam Takun Jama’atun, Juz 4 halaman 225. atau HR. Muslim. Dalam Shohih Muslim , Kitabul Imaroh, Bab Amr Biluzumil Jama’ah Indza Zhuhuril Fitan, Juz 2 halaman 134-135. atau dalam Sunan Ibnu Majjah, Kitabul Fitan, Juz 2 halaman 1317, nomor 3979.
…. قلت : فما تأمرني إن أدركني ذلك ؟ … قال : تلزم جماعة المسلمين وإمامهم , قلت : وإن لم يكن لهم جماعة ولا إمام ؟ … قال : قاعتزل تلك الفرق كلّها ولو أن تعض بأصل شجرة حتىّ يدركك الموت وأنت على ذلك . رواه البخاري .
  1. Setelah berada dalam satu Jama’ah dan dalam satu Imamah, kewajiban kita adalah sam’u (belajar) untuk meningkatkan ‘ilmu pengetahuan tentang bagaimana kita hidup di dunia yang sebentar ini, disinilah proses shibghotallah(pembersihan jiwa : QS Al-Baqoroh ayat 138)Bekal apa yang akan di bawa kehadapan Allah untuk dipertimbangkan
  2. Dengan ‘ilmu yang kita ketahui, kemudian menjadi mudah untuk mentha’ati perintah Allah(Al-Quran), mentha’ati perintah Rosululah(sunnahnya) serta Ulil Amri / Imam / Kholifah. Lihat QS. An-Nisa ayat 59. sehingga melahirkan wujud hijrah dari masa Jahiliyyah menjadi Islamiyyah.
Muslim, tha’at pada Ulil Amri, ta’at pada Rosulullah, tha’at pada Allah.
Berbeda dengan
Rakyat , tha’at pada Presiden, tha’at pada UUD/AD-ART, tha’at pada DPR/MPR / Rakyat
  1. Dengan adanya ketha’atan kepada Ulil Amri yang berdasarkan ketha’atan pada Allah dan Rosulu-Nya. Berati ia telah berhijrah
  2. Keimanan, Keberjama’ahan kita dalam Jama’ah Muslimin, sam’u, tha’at, hijrah kita tidak akan selamat jika  tanpa diikat dengan Jihad (kesungguhan / Istiqomah), kesungguhan dalam menjaga nilai-nilai keislaman kita seperti Allah perintahkan dalam QS Ali Imron ayat 100 – 110.

Selasa, 22 Februari 2011

Jama'ah

MEMBANGUN MASYARAKAT BERADAB MENJEMPUT MASA DEPAN YG BAIK

April 3, 2010
Kalaulah kita mau membaca kondisi “Apa yang terjadi pada diri kita”
Kalaulah kita mau mendengar berita “Apa yang terjadi pada lingkungan kita”
Kalaulah kita mau memikirkan hal-hal yang kita rasakan saat ini
Apa yang terjadi pada manusia dan lingkungannya ?…
Pembodohan, penjajahan generasi secara masal dan berjangka.
Masyarakat kita diberikan hayalan-hayalan duniawi
Sehingga mereka bersikap Hubbud Dunya Wa Karohiayatul Maut mereka cinta dunia dan takut mati. Mereka takut akan perjuangan,
Masyarakat kita dididik dengan pola yang tidak jujur dan tidak tawadhu’
Sehingga mereka meninggalkan akhlak ”adab sopan santun ” dan tidak takut akan siksa neraka
Masyarakat kita digiring kearah konsumtif
Sehingga mereka lupa untuk berinfaq dan zakat
Masyarakat kita digusur kearah kebebasan tanpa batas
Sehingga mereka lupa kewajiban-kewajibannya
Ketika suami sibuk dengan bekerja mencari harta dunia. Istri pun ikut-ikutan sibuk mencari duniawi bahkan meninggalkan kewajiban kewajiban sebagai ibu rumahtangga.
DIKARENAKAN HAYALAN DUNIAWI
Disadari atau tidak mereka telah menanamkan sikap ketidak jujuran dan ketidak tawadhu’an dalam kehidupan rumah tangga, dan msikap tersebut menular pada anak dan sanak keluarganya.
Dasadari atau tidak kondisi rumahtangga telah menciptakan gambaran masyarakat secara luas yang dipenuhi dengan hayalan dunia, tidak ada kejujuran dan tidak ada ketawadhu’an, glamour dengan dengan hidup konsumtif, berkarakter hidup yang bebas tanpa batas.
Sehingga mereka enggan ta’lim, mereka enggan menerima nashehat, tidak menerima teguran Allah, bahkan menyalahkan orang lain.
IKHWAN-AKHWAT FILLAH !
Kalaulah kita perhatikan ayat-ayat Allah yang ada di alam dunia ini. Sungguh akan menghantarkan kita menjadi menusia yang penuh dengan dzikir kepada Allah.
Sebuah gambaran masyarakat yang sakinah, mawaddah, warohmah, telah terukir dalam sejarah kota madinah. Yang terpimpin oleh seorang kholifah ya’ni Nabi Muhammad dan dengan bimbingan syari’at Islam.
Masyaratakat madinah tidaklah terjadi dengan sendirinya, melainkan dengan perjuangan dan perngorbanan harta hingga penumpahan darah syuhada. Diatas dasar kukuatan Al Jama’ah dangn ikatan Bai’at. Nabi Muhammad membangun perdaban masayarakat yang berakhlakul karimah, tegas dan bikasana. Dan dilanjutkan oleh khulafaurrusyidin al mahdiyyin(Abu bakar, Umar, Umar, dan Ali). Namun setelahnya ummat Islam kembali mengalami kemerosotan-kemerosotan dalam bidang akhlak, seingga meruntuhkan bangunan Jama’ah, Imamah, dan bai’at. Perubahan kearah yang negatif merupakan akibat pola pikir yang picik ” Hubbud Dunya Wa Karohiyatul Maut ”
Keterpurukan ummat Islam mengakibatkan klaim yang negatip terhadap Islam itu sendiri, dengan bahasa ” Islam Agama yang kasar, arogan hingga kalimat terorisme ” hal ini disebabkan oleh hancurnya kondisi sosiologis ummat Islam (Ukhuwwah Islamiyyah wal Imamah ) karena ummat Islam tidak sadar kalau malaksanakan syari’at Islam dengan kotak-kotak kesukuan (Ashobiyah) Kepartaian(Polotik) karena mereka telah terjebak dalam pola yang tidak dicontohkan oleh Rosulullah. Dan melanggah Al-Quran ( QS. Ali Imron 103, An Nisa 59).
IKHWAN-AKHWAT FILLAH !
Yakinlah Islam akan tetap jaya
Yakinlah dengan syari’at Islam kita akan mendapatkan kemenangan.
Kalau kita perhatikan, sejarah telah menjawabnya, bahwa kemenangan Para Nabiyullah karena mereka menggunakan syari’at yang diwahyukan oleh Allah. Kalau kejayaan yang diperoleh oleh kholifah yang empat(Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) karena mereka berpegang teguh pada sunnah Rosulullah. Dan sebaliknya. Kemerosotan yang terjadi setelahnya dikarenakan hilangnya nilai-nilai Islam terutama ”Jama’ah, Imamah, dan Bai’at ” dalam proses penegakkan Ulim Amri (Q.S. An-Nisa 59).
Terutama saat ini ummat Islam beralih konsep bahwa Ulil Amri diterjemahkan, diidentikkan dengan kepemimpinan politik suatu negara yang berdasarkan bukan pada Al-Quran dan sunnah Rosulullah. Jelasnya ini adalah kesalah / kemusyrikan yang besar (QS. 30 Ar Ruum 30-32)
Sementara orang-orang non muslim berbalik arah, mereka meninggalkan ajaran nenek moyangnya dan mulai mempelajari kemudian mempraktekkan ajaran Islam, sehingga mereka mengalami kemajuan, dan meraih kemenangan atas kaum muslimin, dan jadilah kita saat ini dengan tidak terasa telah terjajah secara konsep keilmuan, dalam bidang ekonomi, teknologi dan dalam seluruh kehidupan kita menjadi terbelakang.
Akibatnya dunia muslimin menjadi suram-buram, susah untuk membedakan antara yang haq dengan bathil, halal-haram, baik-buruk, boleh-tidak. Yang akhirnya kita terjebak dalam perbuatan nista dengan tidak merasa berdosa.
NA’UDZUBILLAHI MIN DZALIK.
IKHWAN AKHWAT FILLAH !
Marilah kita bangun kembali peradaban ummat Islam dengan berpacu memburu karunia dan maghfiroh Allah.
Mari kita hayati (QS. 66 At-Tahriim 6) ”Menjaga diri dan kelurga dari siksa neraka ”
Mari kita laksanakah kehidupan berjama’ah secara mikro dalam kehidupan rumahtangga, bertetangga dan bermasyarakat.
Mari kita tegakkan sistem Jama’ah-Imamah dengan bai’at, dalam satu wadah Jama’ah Muslimin / Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah. Hingga kita termasuk Hizbullah(orang yang berpihak pada Allah).
IKHWAN AKHWAT FILLAH
Sumber: Risalah Al-Jama’ah, No.06/th.II/2000
Bersumber pada QS. 3/102-103. QS. 4/59. QS. 8/73, dan hadits shohih riwayat Ahmad dan Baihaqi dari Nu’man bin Basyir. HSR. Bukhori dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman :
Menela’ah wacana pemikiran serta rencana penyelenggaraan Kongres Mujahidin 1 yang bertujuan untuk membangun visi dan misi perjuangan, esatuan shof, istitusi, serta tegakknya satu kepemimpinan bagi Mujahidin, Jama’ah Muslimin(Hizbullah) menyampaikan taushiyahnya sebagai berikut :
  1. Muslimin hendaknya menghindari car-cara yang tidak terpimpin wahyu Allah, yaitu mengolah persoalan atau permasalah yang dihasapi dengan akal pikirannya lebih dahulu. Dlaam melihat, meneliti, menelaah, menimbang, menanggapi dan menjawab masalah yang dihadapi hendaknya senantiasa mendahulukan Allah dan Rosulullah ( QS. An Nisa 59, Al Ahzab 36, dan AL Hujurot 1).
  2. Dalam mensikapi setiap perbedaan pandangan atau pemahaman agar dilakukan dengan hikmah dan penuh tawadhu’(saling menghargai), hingga tetap dapat menjaga persaudaraan serta menumbuhkan rasa kasih sayang yang semakin kental diantara mereka ( QS. Al-Fath 29 )
  3. Agat terhindar dari jebakan perangkap konspirasi musuh-musuh yang berniat menghancurkan kekuatan ummat Islam, maka diharapkan kita dapat menyatukan barisan dalam menghadapinya dan tidak berpecah belah ( QS. Ali Imron 103 ) serta tidak berbantah-bantahan yang akan memperlemah kekuatan ukhuwwah diantara sesama Muslimin ( QS. Al- Anfal 46 ).
  4. Bercermin pada perjalanan sejarah, bahwa upaya penegakkan khilafah melalui jalur politik, diluar Al-Quran dan Sunnah, telah menimbulkan berbagai fitnah dan saling bunuh diantara sesama muslimin sendiri, sebagaimana terjadi pasca kepemimpinan empat kholifah pertama(masa mulkan) hingga khir dinasti Turki Utsmani(1924 M ). Oleh karena itu harus ada upaya introspeksi total dan kembali sepenuhnya kepada tuntuna Allah dan Rosul-Nya. Dengan mengambil teladan pengalaman khilafah pada masa khulafaur Rosyidin Al-Mahdiyyin ( HSR. Ahmad, musnad Ahmad juz 4 hal.126-127). Atau sebagaimana dimaksud HSR.Ahmad dan Baihaqi dari Nu’man bin Basyir, dalam Misykatul Mashobih hal.461, yang didefinisikan Rosulullah dengan ” Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah ”.
  5. Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah sudah ditetapi dan dimaklumatkan di Gedung Adhuc Staat(Bappenas) Jakarta, sejak 10 Dzulhijjah 1372 H.( 20 Agustus 1953 M ) dalam wujud jama’ah Muslimin (Hizbullah) dengan dibai’atnya Dr. Syekh Wali Al Fattaah sebagai Imaam.
  6. Tidak dibenarkan secara syar’i, apabila dalam satu kurun ada dua atau lebih pembai’atan Khilafah ’Ala Minhajin Nubuwwah ( Shohih Bukhori, kitab Bad’ul kholqi juz 4 hal 206 ).
Demikianlah taushiyah ini disampaikan untuk dipahami dan ditaati karena Allah Shubhanahu wata’ala semata.
Bogor. 17 Robiuts Tsani 1421 H.
18 Juli 2000 M.
Entry filed under: Jama'ah Muslimin (Hizbullah). Tags: .